Iklan by google
Selasa, 01 Februari 2011
RIWAYAT HIDUP IMAM AHMAD BIN HAMBAL
Nama lengkapnya
adalah Ahmad bin
Muhammad bin
Hanbal bin Hilal
Asy Syaibani.
Beliau lahir di kota
Baghdad pada
bulan rabi'ul
Awwal tahun 164
H (780 M), pada
masa Khalifah
Muhammad al
Mahdi dari Bani
abbasiyyah ke III.
Nasab beliau yaitu
Ahmad bin
Muhammad bin
Hanbal bin Hilal bin
Asas bin Idris bin
Abdullah bin
Hajyan bin
Abdullah bin Anas
bin Auf bin Qasith
bin Mazin bin
Syaiban bin
Dzahal Tsa'labah
bin akabah bin
Sha'ab bin Ali bin
bakar bin
Muhammad bin
Wail bin Qasith bin
Afshy bin Damy
bin Jadlah bin
Asad bin Rabi'ah
bin Nizar bin
Ma'ad bin Adnan.
Jadi beliau
serumpun dengan
Nabi karena yang
menurunkan Nabi
adalah Muzhar bin
Nizar.Menurut
sejarah beliau
lebih dikenal
dengan Ibnu
Hanbal (nisbah
bagi kakeknya).
Dan setelah
mempunyai
beberapa orang
putra yang
diantaranya
bernama
Abdullah, beliau
lebih sering
dipanggil Abu
Abdullah. Akan
tetapi, berkenaan
dengan
madzabnya, maka
kaum muslimin
lebih
menyebutnya
sebagai madzab
Hanbali dan sama
sekali tidak
menisbahkannya
dengan kunyah
tersebut.
Sejak kecil, Imam
Ahmad kendati
dalam keadaan
yatim dan miskin,
namun berkat
bimbingan ibunya
yang shalihah
beliau mampu
menjadi manusia
yang teramat
cinta pada ilmu,
kebaikan dan
kebenaran. Dalam
suasana serba
kekurangan,
tekad beliau
dalam menuntut
ilmu tidak pernah
berkurang.
Bahkan sekalipun
beliau sudah
menjadi imam,
pekerjaan
menuntut ilmu
dan mendatangi
guru-guru yang
lebih alim tidak
pernah berhenti.
Melihat hal
tersebut, ada
orang bertanya,
Sampai kapan
engkau berhenti
dari mencari ilmu,
padahal engkau
sekarang sudah
mencapai
kedudukan yang
tinggi dan telah
pula menjadi
imam bagi kaum
muslimin ? Maka
beliau menjawab,
Beserta tinta
sampai liang
lahat.
Beliau menuntut
ilmu dari banyak
guru yang
terkenal dan ahli
di bidangnya.
Misalnya dari
kalangan ahli
hadits adalah
Yahya bin Sa'id al
Qathan,
Abdurrahman bin
Mahdi, Yazid bin
Harun, sufyan bin
Uyainah dan Abu
Dawud ath
Thayalisi. Dari
kalangan ahli fiqh
adalah Waki' bin
Jarah,
Muhammad bin
Idris asy Syafi'i
dan Abu Yusuf
(sahabat Abu
Hanifah ) dll.
dalam ilmu hadits,
beliau mampu
menghafal sejuta
hadits bersama
sanad dan hal
ikhwal
perawinya.
Meskipun Imam
Ahmad seorang
yang kekurangan,
namun beliau
sangat
memelihara
kehormatan
dirinya. Bahkan
dalam keadaan
tersebut, beliau
senantiasa
berusaha
menolong dan
tangannya selalu
di atas. Beliau
tidak pernah
gusar hatinya
untuk
mendermakan
sesuatu yang
dimiliki satu-
satunya pada hari
itu. Disamping itu,
beliau terkenal
sebagai seorang
yang zuhud dn
wara''. Bersih
hatinya dari
segala macam
pengaruh
kebendaan serta
menyibukkan diri
dengan dzikir dan
membaca Al
Qur'an atau
menghabiskn
seluruh usianya
untuk
membersihkan
agama dan
mengikisnya dari
kotoran-kotoran
bid'ah dan
pikiran-pikiran
yang sesat.
Salah satu karya
besar beliau
adalah Al Musnad
yang memuat
empat puluh ribu
hadits. Disamping
beliau
mengatakannya
sebagai kumpulan
hadits-hadits
shahih dan layak
dijadikan hujjah,
karya tersebut
juga mendapat
pengakuan yang
hebat dari para
ahli hadits. Selain
al Musnad karya
beliau yang lain
adalah : Tafsir al
Qur'an, An Nasikh
wa al Mansukh, Al
Muqaddam wa Al
Muakhar fi al
Qur'an, Jawabat
al Qur'an, At Tarih,
Al Manasik Al
Kabir, Al Manasik
Ash Shaghir,
Tha'atu Rasul, Al
'Ilal, Al Wara' dan
Ash Shalah.
Ujian dan
tantangan yang
dihadapi Imam
Ahmad adalah
hempasan badai
filsafat atau
paham-paham
Mu''tazilah yang
sudah merasuk di
kalangan
penguasa,
tepatnya di masa
al Makmun
dengan idenya
atas
kemakhlukan al
Qur'an. Sekalipun
Imam Ahmad
sadar akan
bahaya yang
segera
menimpanya,
namun beliau
tetap gigih
mempertahankan
pendirian dan
mematahkan
hujjah kaum
Mu'tazilah serta
mengingatkan
akan bahaya
filsafat terhadap
kemurnian
agama. Beliau
berkata tegas
pada sultan
bahwa al Qur'an
bukanlah
makhluk,
sehingga beliau
diseret ke
penjara. Beliau
berada di penjara
selama tiga
periode
kekhlifahan yaitu
al Makmun, al
Mu'tashim dan
terakhir al Watsiq.
Setelah al Watsiq
tiada, diganti oleh
al Mutawakkil
yang arif dan
bijaksana dan
Imam Ahmad pun
dibebaskan.
Imam Ahmad
lama mendekam
dalam penjara
dan dikucilkan
dari masyarakat,
namun berkat
keteguhan dan
kesabarannya
selain mendapat
penghargaan dari
sultan juga
memperoleh
keharuman atas
namanya.
Ajarannya makin
banyak diikuti
orang dan
madzabnya
tersebar di
seputar Irak dan
Syam. Tidak lama
kemudian beliau
meninggal karena
rasa sakit dan
luka yang
dibawanya dari
penjara semakin
parah dan
memburuk. Beliau
wafat pada 12
Rabi'ul Awwal 241
H (855). Pada hari
itu tidak kurang
dari 130.000
Muslimin yang
hendak
menshalatkannya
dan 10.000 orang
Yahudi dan
Nashrani yang
masuk Islam.
Menurut sejarah
belum pernah
terjadi jenazah
dishalatkan orang
sebanyak itu
kecuali Ibnu
Taimiyah dan
Ahmad bin Hanbal.
Semoga Allah
senantiasa
memberikan
rahmat atas
keduanya. Amin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar