Iklan by google

Senin, 13 Desember 2010

KISAH DATU SANGGUL(tatakan/rantau) dan KITAB BARENCONG

Konon Datu Sanggul,
yang nama aslinya Abdus
Samad,dari Palembang
datang kedaerah Tatakan,
Rantau dengan tujuan
untuk memperdalam Ilmu
agama kepada Datu
Suban.
Maksud datu Sanggul itu
diterima Datu Suban
dengan senang hati. Sejak
itu Datu Sanggul terus
belajar dengan rajin
bersama murid-murid
lainnya. Karena kerajinan,
kecerdasam dan
ketaatannya beliau kepada
guru, Datu Suban pun
berkenan memberikan
seauah kitab yg dikenal
dengan sebutan Kitab
BARENCONG.
Berkat mengamalkan ilmu
yg di peroleh baik lewat
guru maupun lewat
membaca Kitab
Barencong, Oleh Allah
beliau di beri kesaktian
atau keramat, yaitu dapat
shalat setiap Jum'at di
Masjidil Haram,Makkah.
Karena itu pula, oleh
masyarakat beliau di cap
sebagai orang yg
melanggar syariat karena
beliau tidak pernah terlihat
shalat Jum'at di Masjid
Tatakan.
Pernah suatu hari, hari
Jum'at, seseorang datang
ke rumah beliau untuk
mengajak shalat Jum'at
bersama beliau di masjid
Tatakan. Mulanya beliau
menolak tetapi karna
dipaksa beliaupun
berangkat ke masjid
bersama orang itu.Tetapi
anehnya, menurut
penglihatan orang yg
mengajak beliau itu hanya
beberapa orang yg shalat
di masjid itu berbentuk
manusia, yg lainnya
berbentuk hewan semua.
Seusai shalat jum'at orang
itu menanyakan prihal yg
dilihatnya barusan Kepada
Datu Sanggul. Kata Datu
Sanggul, mereka pergi ke
masjid bukan karna Allah,
bukan karna untuk
beribadat tetapi karena
adat.
Kejadian lain, ketika beliau
pergi ke masjid Muning,
tepat jam dua belas, beliau
terus melompat kedalam
sungai sehingga orang yg
ada disekitar masjid itu
kaget dan berteriak,
mengapa melompat
kedalam sungai. Ketika
semua orang panik,
timbullah Datu Sanggul
kepermukaan sungai dan
langsung naik ke mesjid,
anehnya hanya anggota
wudhu yg basah, yg
lainnya seperti baju,
laung, sarung dan sajadah
beliau tidak basah.
Ketika orang-orang
mengangkat takbir
memulai Shalat Fardhu
jum'at, beliau hanya
berpantun :
RIAU-RIAU PADANG SI
BUNDAN
DISANA PADANG
SITAMU-TAMU
RINDU DENDAM
TENGADAH BULAN
DI HADAPAN ALLAH KITA
BERTEMU " ALLAHU
AKBAR"
Setelah mengatakan
ALLAHU AKBAR Tubuh
beliau berada diawang-
awang hingga selesai
orang mengerjakan shalat
jum'at.
Melihat keadaan Datu
Sanggul yang demikian,
orang-orang yang berada
di mesjid menjadi heran,
saat orang-orang menjadi
keheranan, Datu Sanggul
lalu menginjakkan kakinya
di lantai.
"Aku tadi shalat di Makkah,
kebetulan di sana ada
selamatan dan aku
meminta sedikit, mari kita
cicipi bersama walau
sedikit" kata Datu Sanggul
disaat orang-orang masih
keheranan.
Maka orang-orang yang
berada dimasjid pun
ramai-ramai mencicipi
nasi yang di bawa Datu
Sanggul Dari Makkah itu.
Sejak kejadian itu orang-
orang tidak berani lagi
mengatakan ini dan itu
kepada beliau. Sedangkan
Datu Sanggul tetap
menjalankan aktivitas
seperti biasanya, jarang
bergaul dan setiap Jum'at
shalat ke Masjidil Haram,
Makkah.
Karena seringnya shalat
Jum'at di Masjidil
Haram,Makkah, maka
beliau pun dapat
berkenalan dengan Syekh
Muhammad Arsyad Al-
Banjari yang sedang
menuntut ilmu di Tanah
suci Makkah. Dari
perkenalan itu
membuahkan
persahabatan.
Datu Sanggul Selalu
membawakan oleh-oleh
dari tanh air seperti
cempedak, konon
cempedak yang diberikan
kepada Muhammad
Arsyad masih bergetah,
sebagai tanda baru saja
dipetik dan sebagai tanda
bahwa perjalanan Datu
Sanggul dari Tatakan ke
Makkah hanya sebentar.
" Guru, apakah durian
yang ada didalam istana
itu sudah berubah??? "kata
Muhammad Arsyad pada
satu hari kepada Datu
Sanggul.
" Sudah, dua biji buahnya,
nanti aku ambilkan" sahut
Datu Sanggul.
Pada Jum'at berikutnya
sebelum berangkat ke
Makkah, Datu Sanggul
singgah sebentar di istana
memetik buah durian satu
biji tanpa sepengetahuan
penjaganya.
Setelah sampai di Makkah
durian itu diberikan
kepada Muhammad
Arsyad.
Sebagai bukti keduanya
bersahabat, kitab Datu
Sanggul hasil berguru dari
Datu Suban, dipotong dua
secara rencong, kitab
tersebut dipotong Datu
Sanggul dengan kuku jari
beliau, setelah
Muhammad Arsyad gagal
memotongnya dengan
menggunakan mandau.
Hasil potongan itu, satu
diberikan kepada
Muhammad Arsyad dan
yang satunya disimpan
oleh Datu Sanggul.
Setelah Muhammad
Arsyad selesai menuntut
ilmu, beliau pulang ke
tanah Banjar.
Beliau ingin menemui
sahabat sekaligus gurunya
di Tatakan, tetapi sayang,
setelah sampai di Tatakan
Datu Sanggul sudah
berpulang ke Rahmatullah.
Cerita ini saya ambil dari
buku " Cerita Datu-Datu
terkenal Kalimantan
Selatan..
Yang di tulis oleh :
Fahrurraji Asmuni dan
Tim editor SAHABAT
KANDANGAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar